KOTA BEKASI | BEKASIHARIINI.COM | Banyak kejadian-kejadian aneh dalam fora dan dinamika politik di negeri tercinta ini. Ada percobaan “pencopetan” Partai ala Moeldoko yang digagalkan MA. Ada pelanggaran komitmen koalisi ala Nasdem yang meminang PKB dan membuat Demokrat meradang. Ada manuver Demokrat mencari teman se koalisi (setelah “dicuekin” Nasdem) dan ada issue mempasangkan Prabowo-Ganjar untuk menghadang laju popularitas Anies, dan seterusnya.
Sejatinya, tak ada yang aneh dan janggal dengan manuver-manuver politik tersebut diatas, sepanjang masih masuk dalam kerangka akal sehat.
Yang menjadi masalah adalah, kegiatan dan tindakan manuver tersebut, sering menjadi tanda-tanya besar bagi sebagian besar masyarakat, karena terkesan “melawan” norma2 dan etika logis yang hidup di masyarakat.
Terlihat jelas, manuver-manuver politik kaum elite politik negeri ini banyak menimbulkan pro-kontra, khususnya di ranah etika, kesantunan dan keadaban dalam berpolitik praktis. Padahal, nilai-nilai tersebut diatas justru menjadi nilai2 dasar ketimuran luhur yang dianut & diyakini secara turun-temurun dari nenek moyang bangsa ini sejak ratusan tahun lalu.
Kaum elite politik sering lupa, bahwa setiap tindakan, manuver dan dinamika praktik politik mereka selalu diperhatikan dan diawasi oleh rakyat, khususnya calon pemilih di Pemilu dan Pilpres 2024.
Setiap langkah dan tindakan para elite politik, akan berdampak langsung terhadap citra positif atau negatif mereka dihati masyarakat pemilih. Tindakan dan manuver murahan, tentu saja akan mendapatkan penilaian negatif dan bisa merugikan “image” terhadap “political intellectual” mereka.
Kecerdasan berpolitik kaum elite sedang diuji dan dinilai oleh rakyat menjelang peristiwa besar Pemilu dan Pilpres 2024. Dinamika politik yang makin kompetitif, hangat bahkan keras menjelang Pemilu dan Pilpres adalah sebuah keniscayaan.
Masing-masing kubu dan poros politik berusaha optimal dan maksimal mendapatkan strategi terbaik, khususnya tokoh2 potensial untuk menarik perhatian rakyat pemilih. Lalu, apa dan bagaimana agar citra positif partai, capres-cawapres dan para calon legislatif tetap terjaga secara proporsional dan berkesinambungan?
RAKYAT PEMILIH MAKIN CERDAS
Sehebat apapun strategi, skenario dan perencanaan yang dibuat oleh kaum elite politik, muaranya adalah keputusan rakyat dalam memilih calon legislatif dan calon presiden/wakil presiden di Pemilu dan Pilpres mendatang.
Rakyatlah yang berdaulat, karena sistem demokrasi menjadikan suara rakyat sebagai penentu kemenangan (asal tidak curang) dalam proses Pemilu dan Pilpres.
“Vox Populi Vox Dei”, Suara Rakyat Adalah Suara Tuhan. Pepatah latin ini sangat populer di negara2 yang menerapkan sistem demokrasi. Artinya, apa dan siapapun yang dipilih oleh rakyat, menggambarkan keterwakilan petunjuk Tuhan dalam mendapatkan Pemimpin terbaik sesuai aspirasi dan hati nurani rakyat.
Dalam konteks pemikiran politik modern, frasa “Vox Populi, Vox Dei” terus digunakan untuk menekankan pentingnya demokrasi, partisipasi rakyat, dan otoritas yang berasal dari rakyat dalam sistem politik.
Pada titik ini, pengetahuan, pemahaman dan kesadaran berpolitik rakyat harus menjadi aspek terpenting. Tanpa itu, rakyat hanya akan menjadi bancakkan politik semata untuk kepentingan sesaat kaum elite politik pada setiap Pemilu dan Pilpres.
Makin tinggi pengetahuan, pemahaman dan kesadaran berpolitik rakyat, memberikan dampak positif dalam memilih Parpol, Caleg dan Capres serta Cawapres terbaik. Begitu pula sebaliknya, makin rendah pengetahuan, pemahaman dan kesadaran berpolitik rakyat, akan sangat menguntungkan kaum elite politik untuk berbuat curang.
Jadi, mari kita laksanakan prinsip-prinsip negara demokrasi yang memberikan ruang dan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk memilih calon wakil mereka serta Calon Presiden & Wakil Presiden yang sesuai dengan pilihan dan hati nurani mereka, agar kepemimpinan bangsa dan negara nantinya benar2 diridhoi oleh Allah Swt.
Majulah Negeriku, Jayalah Bangsaku.
*”Jika kita berbohong kepada pemerintah, itu kejahatan. Jika mereka berbohong kepada kita, itu politik.“* – Bill Murray.
Bekasi, 26 September 2023
Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Demokrasi, Hukum & Ketenagakerjaan)